07 Juli 2008

100 Tahun Kebangkitan Indonesia

Sebuah Puisi Karya Anak Bangsa

UNTUK SEBUAH PERENUNGAN
Ribut Achwandi

Dalam bingkai sejarah
namamu hadir dalam kenangan manis
semanis senyumanmu

Dalam pahit getirnya bangsa
kau tetap tegar menatap senja

Putra sang fajar
kamanakah duliku
ketika kini tak lagi damai bangsaku

Kau maha karya Sang Pencipta
yang diturunkan ke bumi
umtuk sebuah impian yang enyah kini

Keperkasaan sang fajar
telah benar-benar memporandakan kami

Kiranya engkaulah itu
sang putra fajar
yang mampu meredam amarah sang kala

Dalam getar suara lantangmu
kau tunjukkan pada dunia
kita bukan bangsa cengeng

Kita punya bangsa ini
kokoh berdiri meski di atas badai

Siapa kiranya lagi
yang membuat bangsa lain
mengulum senyum takzim mereka

Siapa kiranya lagi
yang mampu menegakkan dada
tanpa kesombongan tunjukkan kita mampu

Putra sang fajar, kemana pergimu
begitu jauhnya kau tinggalkan kami
hingga luluh lantaklah kami

Menjadi berai dalam kecamuk
amuk yang tak henti
oleh sebab nasib kami yang tak tentu

Karena perjuangan kami terus saja sia-sia
karena perjuangan kami harus dihadapkan
kekuasaan

Kami mati terbunuh oleh bangsa sendiri

Dalam duka kami hanya mampu
mengenangmu pahlawan kami

Tangis kami sudilah kiranya
engkau menyekanya
dengan sapu tangan merahmu

Yang mengobarkan jiwa kami
untuk tetap merdeka

Sungguh,
kami rindu kemesraanmu
yang begitu manis

Sungguh
kami rindu hangatnya rengkuhanmu
dalam lantang bicaramu

Sungguh,
kami rindui semua yang telah engkau
bingkai dalam kenangan masa lalu

Namun
sepahlah kini harapan kami
menemukan engkau sang putra fajar


8 komentar:

katakataku mengatakan...

.........
Karena perjuangan kami terus saja sia-sia
karena perjuangan kami harus dihadapkan
kekuasaan
Kami mati terbunuh oleh bangsa sendiri

.........

tak ada yang sia-sia dalam perjuangan, karena esok matahari akan s'lalu bersinar menyinari semangat para putra bangsa untuk terus dan terus mendampingi serta mengawasi para pemegang kekuasaan.

Setiap hari, matahari itu baru.

Kristina Dian Safitry mengatakan...

secara pribadi aku ingin bangkit. maunya ngajak orang lain bangkit sekalian, tapi lom tentu semua orang mau. gak apa apa deh, kebangkitan bersama khan diawali dari kebangkitan personil. mungkin lho ya? bisa juga asumsi atau analisisku salah,he..he...

Anonim mengatakan...

=====================================
Wahai Putra-Putri Indonesia...
Wahai Para Muda-Mudi Indonesia ...
Wahai Segenap Anak Bangsa ...
Bangunkan SEMANGAT-mu!
Tegakkan SEMANGAT Juang-mu!
'tuk MEMBANGKITKAN Republik-mu!
Wujudkan mimpi INDONESIA SEJAHTERA!
Merdekakan INDONESIA dari Kemiskinan!
Merdekakan INDONESIA dari Kebodohan!
Mari kita lakukan bersama .... !
===================================

Anonim mengatakan...

Wah... Lagi puisi yah... Maaf deh kalo ganggu cuma mau terima kasih atas jawabannya yang itu, jadi no aja yah.... Oh ya pak kok blog ini kalo di back gak ada loading... Heran... Gimana dong caranya...??? Coz blog aku berat banget....

Anonim mengatakan...

Sepertinya bukan 100 tahun dech,.

Coba liat, tidak setiap hari kita bangkit,

adapun perayaan di Senayan beberapa minggu lalu, itukan cuman ceremony aja yang tidak berdampak pada apapun. setelah perayaan tersebut,
kehidupan tetap kembali seperti semula.
- mahasiswa tetap demo,
- polisi tetap jadi pagar jalanan.
- yang hidup miskin tetap terbelakang.
- yg ngelakukan ritual PILKADA tetap saling menjatuhkan.
- anggota dewan setiap hari tiap saat tetap di ketemukan ama KPK klo ada yg korup lagi.

Bangkit,..??? PIKIR LAGI DECH. yang masuk-masuk akal aja.

Meski Bangkit itu,.. ya cuman sekali setahun, itupun di hari kebangkitan Nasional saja. pada saat detik-detik kebangkitan nasional. yang saya rasa tidak cukup seJAM.
tapi bersyukurlah daripada tidak sama sekali

Anonim mengatakan...

Ayo bangkit indonesia,
YAng udah meninggal dunia jangan bangkit ya, ntar banyak yang Kabur,

Ehh Aku mau kabur jugA AH

KABUR * * *88*8

balidreamhome mengatakan...

merinding juga baca puisi ini, sayang sejuta sayang bahwa penerus keturunan sang fajar tidak ada yang sedigdaya dia, dan hanya memanfaatkan kebesaran namanya saja, mungkin dialam sana dia juga sedang tepekur menahan malu.

Anonim mengatakan...

Bangkit itu....
Meninggalkan jejak lama yang kusam
Menatap tajam ke depan
Membuang benalu di jiwa
Merenda niat dengan semangat baru
Ayoooo Majuuuuuu Indonesiaku
(kitu panginten)

Original Design by Dzelque

Re Design by Asep Saepudin | Original Design by Dzelque