Simbol Kelicinan Mendorong Persatuan Bangsa
Panjat pinang adalah salah satu lomba tradisional yang populer pada perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Sebuah pohon pinang yang tinggi dan batangnya dilumuri oleh pelumas disiapkan oleh panitia perlombaan. Di bagian atas pohon tersebut, disiapkan berbagai hadiah menarik. Para peserta berlomba untuk mendapatkan hadiah-hadiah tersebut dengan cara memanjat batang pohon. Oleh karena batang pohon tersebut licin (karena telah diberi pelumas), para pemanjat batang pohon sering kali jatuh.
Akal dan kerja sama para peserta untuk memanjat batang pohon inilah yang biasanya berhasil mengatasi licinnya batang pohon, dan menjadi atraksi menarik bagi para penonton. "Licin"? Untuk dapat mencapai suatu cita-cita bangsa, memang bangsa kita dihadapkan kepada berbagai "kelicinan" yang menjadi momok disana-sini. Saya seringkali memperhatikan kegiatan lomba panjat pinang ini, sesekali suasana kelucuan dalam lomba panjat pinang memang membuat yang hadir menjadi tertawa terpingkal-pingkal. Seperti pernah suatu waktu, si Asep (red: bukan nama saya) yang tengah semangat memanjat - dengan menginjak bahu bahkan kepala peserta lainnya agar dapat mencapai ketinggian - akhirnya harus menyerah karena pembungkus biji pinangnya harus melorot ditarik (tanpa sengaja) oleh peserta lainnya yang berusaha untuk ikut naik mendahului si Asep.
Dari paragrap cerita si Asep diatas, sebetulnya kita bisa menyadari bahwa perjuangan untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan hanya dapat diraih dengan kebersamaan, persatuan dengan tetap berpegang kepada norma-norma yang ada. Jangan saling mendahului, yang di bawah sebaiknya ikut mendorong yang tengah berada diatas, yang diatas hendaknya senantiasa mengingat jasa-jasa yang berada dibawah yang membuatnya berada diatas. Dari banyak kasus asusila para pelakon yang berada di kursi atas, rata-rata mereka akhirnya dipaksa untuk menyerah karena harga dirinya akhirnya harus terkuak. Ingat si Asep dalam cerita diatas yang akhirnya menyerah akibat mempertahankan harga dirinya yang "melorot". Jadi apa yang harus kita pertahankan?
5 komentar:
Betul sekali apa kata kang asep, sekarang sudah banyak bukti, banyak pimpinan sebuah perusahaan yang semena-mena terhadap bawahannya, dimana kita tahu tanpa bawahan sebuah perusahaan tidak akan sukses. Dan akhirnya perusahaan itu jatuh bangkrut.
aku jadi ingat dgn kampung halaman,hu..hu...
Mudah-mudahan mereka-mereka yang hobinya menghancurkan bangsa ini; koruptor, anggota dpr tahu bahwa bangsa ini merdeka melalui sebuah perjuangan dan kekompakan seperti para pemanjat pinang itu
Hauhauhau... Jadi inget masa lalu. Tapi aku selalu dibawah kog. Secara badan pun agak tambun :P Diinjak2, jadi pilar, jadi tumpuan :D
budaya kita meang seperti ketika kita menaiki pohon pinang tersebut...kita selalu tarik teman ketika dia sudah agak tinggi..terus menerus...potret kita semua...
Posting Komentar